Panasnya sinar matahari terkadang kita
membuat kita mengeluh dan memaki. padahal tanpa kita sadari, kita juga
telah mengeluhkan apa yang telah tuhan ciptakan untuk kita. Kita harus
selalu berfikir bahwa sesungguhnya tidak sia-sia tuhan menciptakan
untuk kita walaupun apa bentuknya. yang perlu kita lakukan
adalah berfikir untuk apa dan apa sesungguhnya yang tuhan berikan
dibalik itu semua. Energi matahari adalah energi yang terbesar dan tak
pernah habis, benda yang kita keluhkan pada saat panas terik itu
sebenarnya sedang memberikan energi terbesarnya pada saat itu.
Krisis energi dan sumberdaya sepertinya
semakin menyadarkan manusia untuk mencari sumber lain yang lebih mudah
didapatkan. Termasuk energi bahan bakar dan BBM yang
semakinmenghawatirkan keberadaannya. Kesadaran ini dapat dilihat dari
usaha mendapatkan info berkaitan dengan bahan bakar alternatif,
semisal, biodiesel, briket batu bara hingga yang paling kontroversial
ialah blue energy atau banyugeni yang menghebohkan itu.
Sel surya, solar cell, photovoltaic,
atau fotovoltaik sejak tahun 1970-an telah telah mengubah cara pandang
kita tentang energi dan memberi jalan baru bagi manusia untuk
memperoleh energi listrik tanpa perlu membakar bahan baker fosil
sebagaimana pada minyak bumi, gas alam atau batu bara, tidak pula
dengan menempuh jalan reaksi fisi nuklir. Sel surya mampu beroperasi
dengan baik di hampir seluruh belahan bumi yang tersinari matahari,
sejak dari Maroko hingga Merauke, dari Moskow hingga Johanesburg, dan
dari pegunungan hingga permukaan laut.
Sel surya dapat digunakan tanpa polusi,
baik polusi udara maupun suara, dan di segala cuaca. Sel surya juga
telah lama dipakai untuk memberi tenaga bagi semua satelit yang
mengorbit bumi nyaris selama 30 tahun. Sel surya tidak memiliki bagian
yang bergerak, namun mudah dipindahkan sesuai dengan kebutuhan.
Semua keunggulan sel surya di atas disebabkan oleh karakteristik khas sel surya yang mengubah cahaya matahari menjadi listrik secara langsung.
Artikel ini sengaja ditulis guna menanggapi banyaknya pertanyaan
mengenai bagaimana mekanisme atau prinsip kerja sel surya. Sengaja di
sini hanya melibatkan penjelasan kualitatif.
Proses konversi
Proses pengubahan atau konversi cahaya
matahari menjadi listrik ini dimungkinkan karena bahan material yang
menyusun sel surya berupa semikonduktor. Lebih tepatnya tersusun atas dua jenis semikonduktor; yakni jenis n dan jenis p.
Semikonduktor jenis n merupakan semikonduktor yang memiliki kelebihan elektron, sehingga kelebihan muatan negatif, (n = negatif). Sedangkan semikonduktor jenis p memiliki kelebihan hole, sehingga disebut dengan p ( p
= positif) karena kelebihan muatan positif. Caranya, dengan menambahkan
unsur lain ke dalam semkonduktor, maka kita dapat mengontrol jenis
semikonduktor tersebut, sebagaimana diilustrasikan pada gambar di bawah
ini.
Pada awalnya, pembuatan dua jenis
semikonduktor ini dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat konduktifitas
atau tingkat kemampuan daya hantar listrik dan panas semikonduktor
alami. Di dalam semikonduktor alami (disebut dengan semikonduktor
intrinsik) ini, elektron maupun hole memiliki jumlah yang sama.
Kelebihan elektron atau hole dapat meningkatkan daya hantar listrik
maupun panas dari sebuah semikoduktor.
Misal semikonduktor intrinsik yang dimaksud ialah silikon (Si). Semikonduktor jenis p,
biasanya dibuat dengan menambahkan unsur boron (B), aluminum (Al),
gallium (Ga) atau Indium (In) ke dalam Si. Unsur-unsur tambahan ini
akan menambah jumlah hole. Sedangkan semikonduktor jenis n
dibuat dengan menambahkan nitrogen (N), fosfor (P) atau arsen (As) ke
dalam Si. Dari sini, tambahan elektron dapat diperoleh. Sedangkan, Si
intrinsik sendiri tidak mengandung unsur tambahan. Usaha menambahkan
unsur tambahan ini disebut dengan doping yang jumlahnya tidak lebih dari 1 % dibandingkan dengan berat Si yang hendak di-doping.
Dua jenis semikonduktor n dan p ini jika disatukan akan membentuk sambungan p-n atau dioda p-n (istilah lain menyebutnya dengan sambungan metalurgi / metallurgical junction) yang dapat digambarkan sebagai berikut.
- Semikonduktor jenis p dan n sebelum disambung.
- Sesaat setelah dua jenis semikonduktor ini disambung, terjadi perpindahan elektron-elektron dari semikonduktor n menuju semikonduktor p, dan perpindahan hole dari semikonduktor p menuju semikonduktor n. Perpindahan elektron maupun hole ini hanya sampai pada jarak tertentu dari batas sambungan awal.
- Elektron dari semikonduktor n bersatu dengan hole pada semikonduktor p yang mengakibatkan jumlah hole pada semikonduktor p akan berkurang. Daerah ini akhirnya berubah menjadi lebih bermuatan positif..
Pada saat yang sama. hole dari semikonduktor p bersatu dengan elektron yang ada pada semikonduktor n yang mengakibatkan jumlah elektron di daerah ini berkurang. Daerah ini akhirnya lebih bermuatan positif.
- Daerah negatif dan positif ini disebut dengan daerah deplesi (depletion region) ditandai dengan huruf W.
- Baik elektron maupun hole yang ada pada daerah deplesi disebut dengan pembawa muatan minoritas (minority charge carriers) karena keberadaannya di jenis semikonduktor yang berbeda.
- Dikarenakan adanya perbedaan muatan positif dan negatif di daerah deplesi, maka timbul dengan sendirinya medan listrik internal E dari sisi positif ke sisi negatif, yang mencoba menarik kembali hole ke semikonduktor p dan elektron ke semikonduktor n. Medan listrik ini cenderung berlawanan dengan perpindahan hole maupun elektron pada awal terjadinya daerah deplesi (nomor 1 di atas).
- Adanya medan listrik mengakibatkan sambungan pn berada pada titik setimbang, yakni saat di mana jumlah hole yang berpindah dari semikonduktor p ke n dikompensasi dengan jumlah hole yang tertarik kembali kearah semikonduktor p akibat medan listrik E. Begitu pula dengan jumlah elektron yang berpindah dari smikonduktor n ke p, dikompensasi dengan mengalirnya kembali elektron ke semikonduktor n akibat tarikan medan listrik E. Dengan kata lain, medan listrik E mencegah seluruh elektron dan hole berpindah dari semikonduktor yang satu ke semiikonduktor yang lain.
Pada sambungan p-n inilah proses konversi cahaya matahari menjadi listrik terjadi.
Untuk keperluan sel surya, semikonduktor n berada pada lapisan atas sambungan p yang menghadap kearah datangnya cahaya matahari, dan dibuat jauh lebih tipis dari semikonduktor p, sehingga cahaya matahari yang jatuh ke permukaan sel surya dapat terus terserap dan masuk ke daerah deplesi dan semikonduktor p.
Ketika sambungan semikonduktor ini
terkena cahaya matahari, maka elektron mendapat energi dari cahaya
matahari untuk melepaskan dirinya dari semikonduktor n,
daerah deplesi maupun semikonduktor. Terlepasnya elektron ini
meninggalkan hole pada daerah yang ditinggalkan oleh elektron yang
disebut dengan fotogenerasi elektron-hole (electron-hole photogeneration) yakni, terbentuknya pasangan elektron dan hole akibat cahaya matahari.
Cahaya matahari dengan panjang
gelombang (dilambangkan dengan simbol “lambda” sbgn di gambar atas )
yang berbeda, membuat fotogenerasi pada sambungan pn berada pada bagian sambungan pn yang berbeda pula.
Spektrum merah dari cahaya matahari
yang memiliki panjang gelombang lebih panjang, mampu menembus daerah
deplesi hingga terserap di semikonduktor p yang akhirnya
menghasilkan proses fotogenerasi di sana. Spektrum biru dengan panjang
gelombang yang jauh lebih pendek hanya terserap di daerah semikonduktor
n.
Selanjutnya, dikarenakan pada sambungan pn terdapat medan listrik E, elektron hasil fotogenerasi tertarik ke arah semikonduktor n, begitu pula dengan hole yang tertarik ke arah semikonduktor p.
Apabila rangkaian kabel dihubungkan ke
dua bagian semikonduktor, maka elektron akan mengalir melalui kabel.
Jika sebuah lampu kecil dihubungkan ke kabel, lampu tersebut menyala
dikarenakan mendapat arus listrik, dimana arus listrik ini timbul
akibat pergerakan elektron.
Pada umumnya, untuk memperkenalkan cara
kerja sel surya secara umum, ilustrasi di bawah ini menjelaskan
segalanya tentang proses konversi cahaya matahari menjadi energi
listrik.
Semoga bermanfaat !
0 komentar:
Posting Komentar